Kiat Istiqomah Setelah Ramadan
5 Juli 2018KHUTBAH IDUL FITRI 1436 H – Istiqomah Setelah Ramadan
Hadirin jamaah shalat idul fitri yang berbahagia,
Puji Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala nikmat dan karuniaNya, yang begitu banyak yang Allah berikan kepada kita, alhamdulillah pada pagi hari ini yang mulia ini, di tempat yang mulia ini, kita masih diberikan taufik dan hidayah untuk melaksanakan perintah2 Allah, menjalankan sunnah-sunah Rasulullah Saw, mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, mengagungkan Asma Allah Swt. Setelah 1bulan penuh berpuasa mencari keridoan Allah Saw. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, menjadikan kita hamba-hambaNya yang pantas memasuki surganya kelak, amin.
Rasullullah Saw bersabda:
وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الجَنَّةِ
Hadirin jamaah shalat idul fitri yang dimuliakan Allah Saw.
Pagi hari ini, disatu sisi kita berbahagia, karena pagi ini kita sedang merayakan kemenangan besar, kemenangan orang-orang yang beriman, karena dengan keimanan kita pula kita berhasil selama sebulan kita berjuang dengan penuh semangat, niat yang ikhlas menjalankan ibadah puasa sesuai perintah Allah, menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah mengesampingkan nafsu dan syahwat yang kita miliki untuk mendapat keridhaan Allah.
Namun di sisi yang lain kita bersedih karena bulan ramadan telah meninggalkan kita, bulan yang penuh keberkahan, rahmat dan magfirah dari Allah, para Sahabat ra dan salafussalih menangis apabila hendak berpisah dengan bulan suci Ramadhan, mereka takut jika tidak mendapatkan ampunan karena Jika pada bulan Ramadhan saja seseorang tidak mendapatkan ampunan apalagi pada bulan-bulan yang lain.
Malaikah Jibril pernah berkata:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
Sungguh celaka orang-orang yang melewatkan bulan Ramadhan begitu saja sedangkan dosanya belum diampuni. Lalu diaminkan oleh Rasulullah Saw.
Lalu apa tandanya kalau taubat dan istigfar kita diterima oleh Allah:
Al-Imam Hasan Al Basri mengatakan ketika menjelaskan tentang taubat Nasuha yang dilakukan seorang hamba, cirinya diterimanya taubat seseorang adalah jika seseorang membenci dosa/kemaksiatan yang pernah ia sukai dan memohon ampun kepada Allah mengingat perbuatan dosa tersebut.
Kedua mereka menangis, karena khawatir amalan mereka tidak diterima oleh Allah Swt:
‘Umar bin ‘Abdul Aziz ra tatkala beliau berkhutbah pada hari raya Idul Fithri, “Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari. Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya. Kalian pun keluar dan memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. Namun sebagian salaf malah bersedih ketika hari raya Idul Fithri. Dikatakan kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.” Mereka malah mengatakan, “Kalian benar. Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak.” Sebagian ulama sampai-sampai mengatakan, “Para salaf biasa memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Kemudian enam bulan sisanya, mereka memohon kepada Allah agar amalan mereka diterima.”
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma-idah: 27)
Lalu, apa tanda-tanda amal seseorang itu diterima oleh Allah:
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berikut. Ketika membicarakan faedah melakukan puasa Syawal, beliau rahimahullah berkata,
أن معاودة الصيام بعد صيام رمضان علامة على قبول صوم رمضان فإن الله إذا تقبل عمل عبد وفقه لعمل صالح بعده كما قال بعضهم : ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة و عدم قبولها
“Kembali lagi melakukan puasa setelah puasa Ramadhan, itu tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah jika menerima amalan seorang hamba, Allah akan memberi taufik untuk melakukan amalan shalih setelah itu. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, ‘Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.’ Oleh karena itu, siapa yang melakukan kebaikan lantas diikuti dengan kebaikan selanjutnya, maka itu tanda amalan kebaikan yang pertama diterima. Sedangkan yang melakukan kebaikan lantas setelahnya malah ada kejelekan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 388).
Ibnul Mubarak menceritakan dari Bakkar bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa ia mendengar Wahb bin Munabbih berkata, ada seorang ahli lewat di hadapan ahli ibadah yang lain. Ia pun berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Dijawablah, “Aku begitu takjub pada si fulan, ia sungguh-sungguh rajin ibadah sampai-sampai ia meninggalkan dunianya.” Wahb bin Munabbih segera berkata, “Tidak perlu takjub pada orang yang meninggalkan dunia seperti itu. Sungguh aku lebih takjub pada orang yang bisa istiqamah.” (Hilyah Al-Auliya’, 4: 51)
Orang yang bisa istiqamah, ajek terus dalam ibadah, itu lebih baik daripada orang yang memperbanyak ibadah.
Ada beberapa kiat yang secara singkat kami terangkan berikut ini.
Pertama: Selalu berdoa pada Allah karena istiqamah itu hidayah dari-Nya
Kita butuh doa agar bisa istiqamah karena hati kita bisa saja berbolak-balik. Oleh karenanya, do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Adapun doa yang diajarkan dalam Al-Qur’an,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 8)
Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لأَكْثَرِ دُعَائِكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering berdo’a dengan do’a, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’. ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”
Kedua: Berusaha menjaga keikhlasan dalam ibadah
Ibadah puasa adalah ibadah yang paling dekat dengan keikhlasan, karena seorang yang berpuasa sulit dibedakan dengan orang yang tidak berpuasa, berbeda dengan ibadah yang lain yang bisa dilihat oleh orang lain dan mudah berpotensi riya, ingin dipuji, seperti shalat, zakat, sedekah, bahkan haji satu kampung bisa mengetahui, tapi puasa hanya antara kita dan Allah yang tahu. Ketika kita bisa menjaga semangat ikhlas dalam setiap ibadah kita, insyaAllah kita akan bisa istiqamah berbdah kepada Allah Saw.
Amalan yang dilakukan ikhlas karena Allah itulah yang diperintahkan sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وَمَا لاَ يَكُوْنُ لَهُ لاَ يَنْفَعُ وَلاَ يَدُوْمُ
“Segala sesuatu yang tidak didasari ikhlas karena Allah, pasti tidak bermanfaat dan tidak akan kekal.” (Dar’ At-Ta’arudh Al-‘Aql wa An-Naql, 2: 188).
Para ulama juga memiliki istilah lain,
مَا كَانَ للهِ يَبْقَى
“Segala sesuatu yang didasari ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng.”
Ketiga: Rutin beramal walau sedikit
Amal yang dilakukan ajek (kontinu) walaupun sedikit itu lebih dicintai Allah dibandingkan amalan yang langsung banyak namun tak istiqomah
Maksudnya, seseorang dituntun untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang hanya sesekali dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-; beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Bukhari, no. 6465; Muslim, no. 783). Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.
Keempat: Rajin koreksi diri (muhasabah)
Dari Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهٗ بِاللَّيْلِ ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ "
Jibril mendatangiku lalu berkata, "Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya." Kemudian dia berkata, "Wahai Muhammad! Kemuliaan seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia." (H.R. Ath-Thabarani, Abu Nu'aim dan Al-Hakim)
Bukuilmu.com
Kelima: Memilih teman yang shalih
Teman bergaul amat penting, itulah yang memudahkan kita untuk istiqamah. Saudara-saudara kita yang terus bersama kita di shaf-shaf shalat tarawih, hingga akhir ramadan, mencari keridoan Allah, yang bergadang untuk mencari ridha Allah itulah teman terbaik yang harus kita jaga hubungan baik dengan mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 28)
Rizki Fauzan H. Lc
Bukuilmu.com
Baca juga
Nasihat tentang Kematian
Pemuda adalah generasi harapan bangsa.
4 Kunci Keberkahan dan Kebahagiaan Hidup
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Penyelenggaran Ibadah Dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19
Smart Edu : Bisnis Dunia Pendidikan Dan Solusi Anak Cerdas